Cari Blog Ini

Jumat, 29 April 2011

Akhlak Tasawuf

BAB  I
AKHLAK TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar
1.      Mahasiswa mampu memahami pengertian akhlak dalam konteks tasawuf.
2.      Mahasiswa mampu membedakan antara akhlak, etika dan moral.
3.      Mahasiswa mampu mengamalkan akhlakul karimah.

B.     Concept Map

C.    Current Issue
Globalisasi telah melanda dunia dimana nilai-nilai yang selama ini mapan mudah berubah akibat tidak ada batas lagi antara ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut   berubah menjadi relatif dan subyektif. Semua yang berkaitan perilaku,  budi pekerti, etika dan   moral tidak bisa dikatakan obyektif, karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan ini muncul seperti batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni sangat tipis, apakah berpakaian ketat dan minim termasuk pornoaksi atau bagian daripada seni. Ini sangat sulit dibedakan. Oleh karena nilai-nilai tersebut mudah luntur maka dibutuhkanlah penguatan kembai nilai-nilai yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits yang disebut akhlak. Akhlak inilah merupakan cermin setiap peribadi apakah ia punya rasa malu, muru’ah, amanah, jujur, adil, lemah lembut, rasa kasih sayang terhadap sesama, dermawan, ikhlas dalam berbuat, suka menolong dan sebagainya.

BAB II
SUMBER-SUMBER AKHLAK TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar

1.        Mahasiswa mampu memahami sumber-sumber akhlak dan tasawuf baik dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
2.        Mahasiswa mampu menguraikan penafsiran para ulama mengenai akhlak tasawuf.

B.     Concept Map

C.    Current Issue

Seperri telah dimaklumi bersama, seriap ilmu pasti memiliki sumber acuan atau patokan. Ilmuwan apapun, tanpa kecuali, ketika akan menuliskan ilmunya tentu telah memiliki seperangkat sumber acuan atau patokan sebagai dasar atau pedoman bagi tulisannya. Sumber acuan atau patokan tersebut dapat berupa pengalaman pribadi, baik yang sudah tertulis maupun dikomunikasikan secara lisan.
Ilmu akhlak tasawuf yang sedang dipelajari ini juga berdasar sumber acuan tertentu. Sungguhpun begitu, masalah akhlak tasawuf yang akan dibahas ini menyangkut langsung ajaran agama Islam. Seperti diketahui pula, dasar pokok agama Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits, sehingga akhlak tasawuf ini akan mendasarkan acuannya pada al-Qur’an dan al-Hadits.


BAB III
FUNGSI AKHLAK TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar

1)      Mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan fungsi tasawuf dalam kehidupan.
2)      Mahasiswa memiliki kemampuan mengaplikasikan akhlak tasawuf dalam kehidupan.

B.     Concept  Map


C.    Current Issue

Di kota-kota besar dewasa ini banyak bermunculan praktek-praktek konsultasi kejiwaan yang ditangani oleh psikater (ahli psikologi untuk terapi). Orang-orang yang datang di tempat itu tidak ada lagi merasa canggung atau malu. Padahal dulu orang akan rasa malu atau menghindari karena merasa khawatir dengan anggapan datang ke psikater karena memiliki sakit jiwa. Sungguhpun begitu, tingkat keberhasilannya kadang-kadang belum menunjukan signifikansi yang besar untuk kasus-kasus tertentu. Dengan akhlak tasawuf diharapkan ketentaraman psikologis (jiwa) dapat diraih kembali.  Karena itu akhlak tasawuf dapat dimanfaatkan fungsinya. Apalagi akhlak tasawuf ini memiliki beberapa fungsi yang dapat bermanfaat bagi manusk apabila manusia tersebut dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB IV
KOMPONEN AKHLAK TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar

1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai sifat-sifat tercela.
2.      Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai sifat-sifat terpuji.
3.      Mahasiswa mampu menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela.
4.      Mahasiswa mampu mengamalkan sifat-sifat terpuji.

B.     Concept Map


C.    Current Issue

Dewasa ini tindakan kejahatan semakin meningkat. Berita-berita tentang kriminal seperti pencurian kendaran (curanmor), perampokan, penipuan bahkan pemerkosaan hampir setiap hari kita lihat baik melalui televisi, koran maupun media masa lain. Hal ini menunjukan bahwa moralitas atau akhlak manusia semakin menurun.
Akhlak sangat berhubungan dengan sifat-sifat yang dimiliki manusia. Sifat yang dimiliki manusia adalah sifat baik dan sifat tercela (buruk). Sifat-sifat tersebut tergantung bagaimana manusia menyikapinya. Seseorang yang mempunyai sifat baik dan selalu mengisi hati dan prilakunya dengan hal-hal yang baik, maka ia akan terhindar dari tindakan-tindakan yang tercela dan yang merugikan orang lain. Bagitupula sebaliknya, apabila seseorang memiliki sifat-sifat tercela namun tidak berusaha membuang sifat-sifat tercela itu maka sifat tercela tersebut akan mempengaruhi tindakan atau prilaku seseorang yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Sebagai tolak ukur prilaku manusia maka sifat baik dan dan sifat tercela perlu dipahami oleh setiap orang, sehingga ia dapat membedakan bagaimana sifat baik dan sifat tercela. Setelah ia paham maka akan mudahlah baginya untuk melakukan tazkiyat al-nafs (membersihkan jiwa) yang merupakan salah satu tujuan terpenting dalam dunia tasawuf.

BAB V
PEMBINAAN AKHLAK BERDASARKAN AKHLAK TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar

1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Tazkiyah al-Nafs.
2.      Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai Tarbiyah Dzatiyah.
3.      Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Halaqah Tarbawiyah
4.      Mahasiswa mampu membina akhlak yang baik berdasarkan akhlak tasawuf.

B.     Concept Map


C.    Current Issue

Kemajuan materi yang dirasakan umat manusia ternyata tidak menjamin kebahagiaan hidup. Bahkan fakta berbicara bahwa kegalauan hidup, kekeringan jiwa menjadi fenomena yang menjamur di mana-mana.
Orientasi manusia saat ini lebih mengedepankan alam materi, menjadikan mereka ibarat robot yang otaknya hanya terperas demi uang. Sementara kebutuhan rohani berupa pengajaran agama, tarbiyah dan tazkiyah, bagi jiwa seakan tidak mendapat porsi dalam segenap waktu yang dimilikinya. Padahal kedua hal tersebut merupakan inti utama dalam pembinaan akhlak. Semakin berkurang pembinaan akhlak terhadap diri manusia maka semakin merosot akhlaknya.
Dewasa ini banyak orang mulai sadar akan pemenuhan kebutuhan siraman rohani. Mereka mulai gencar mengkaji Islam, membina akhlak bangsa dengan menyuarakan anti korupsi, kolusi dan nepotisme, serta anti pornografi dan porno aksi. Semua ini dilakukan demi mengangkat harkat, martabat, dan moral bangsa Indonesia sehingga terwujud bangsa yang berakhlakul karimah.
Namun demikian kesadaran tersebut baru pada dataran wacana, belum ada konsep yang komprehensif pada pembinaan akhlak yang kemudian diadopsi oleh pemerintah sebagai suatu gerakan yang masal. Dalam sejarah umat Islam, akhlak tasawuf telah membuktikan kesuksesannya pada pembinaan akhlak mulia dalam rentang waktu yang panjang.





BAB VI
HUBUNGAN SYARI’AH DAN TASAWUF

A.    Kompetensi Dasar

1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai hakekat tasawuf.
2.      Mahasiswa memiliki pengetahuan menganai maqamat dan ahwal.
3.      Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai hubungan antara syari’ah dan tasawuf

B.     Concept Map


C.    Current Issue

Berbagai upaya dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Mereka mencari jalan yang dapat membawa mereka lebih dekat dengan Tuhan sehingga mereka merasa melihat Tuhan dengan hati sanubari, bahkan merasa bersatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran seperti ini terdapat dalam tasawuf.
Meskipun secara tekstual tidak ditemukan ketentuan agar umat Islam melaksanakan tasawuf akan tetapi kegiatan tasawuf telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi rasul, ia telah berulang kali pergi ke Gua Hira dengan membawa sedikit perbekalan. Tujuannya disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang hanyut dalam kehidupan kebendaan dan penyembahan berhala, juga untuk merenung dalam rangka mencari hakekat kebenaran yang disertai dengan melakukan banyak berpuasa dan beribadah, sehingga jiwanya menjadi semakin suci.
Amalan tersebut mewarnai kehidupan para sahabatnya. Mereka meneladani kehidupan Rasulullah dan membaktikan hidup mereka demi kepentingan agama. Bahkan diantara mereka ada yang sangat tekun beribadah dan hidup zuhd. Mereka ini lebih dikenal dengan sebutan Ahl al-Shuffah. Kelompok inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai cikal bakal munculnya kaum shufi. Bahkan ada teori yang menyatakan bahwa asal usul kata tashawwuf diambil dari kata shuffah yang kemudian ditransfer ke dalam bahasa Eropa, sofa. Tasawuf dan tarekat terus berkembang dan tersebar di berbagai wilayah dunia Islam, baik pada periode klasik, pertengahan, maupun modern. Pada periode pertengahan, wilayah Nusantara sudah ikut mengembangkan tasawuf mulai dari Aceh, Palembang, Demak, Mataram, dan lain-lain. Kemudian di wilayah Pekalongan, Jawa Tengah munculah tarekat Budiah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Rifa’i, tarekat ini berkembang sampai sekarang.
Pada dasarnya tasawuf bersifat batin sedangkan yang bersifat lahir adalah syari’ah. Syari’ah merupakan ajaran Islam yang tersimpul dalam ibadah yang mengambil bentuk shalat, puasa, zakat, haji dan ajaran-ajaran mengenai akhlak Islam. Aspek lahir (syari’ah) dan aspek batin (tasawuf) tidak dapat dipisahkan sehingga antara syari’ah dan tasawuf memiliki keterkaitan yang yang sangat erat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar