Cari Blog Ini

Jumat, 29 April 2011

Langkah-langkah Pendidikan

PENDAHULUAN



Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam, karena diutusnya Rasulullah saw di mika bumi ini tidak lain adalahuntuk menyempurnakan umatnya, dan salah satu akhlak yang terbaik adalah akhlak Rasulullah, karena Al Qur’an adalah salah satu cerminan akhlak Rasulullah saw. Jadi kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk melakukan pembinaan akhlak berdasarkan apa yang di contohkan oleh Rasulullah dan para sahabat serta generasi penerusnya, berdasarkan pemahaman yang lurus/ benar. Mengingat dewasa ini telah terjadi degradasi/menurunnya moral umat manusia yang sepertinya tidak enggan lagi melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan akhlak terpuji. Oleh sebab itu, diperlukan pembinaan- pembinaan akhlak yang bertujuan untuk membentengi atau langkah pencegahan umat Islam agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan akhlakul karimah.                                         


                                  PEMBAHASAN

Saat ini perkembangan IPTEK telah maju, hal ini tidak hanya menimbulkan dampak positif namun juga dampak negatif. Perubahan sosial akibat dari kemajuan sistem komunikasi kita dituntut untuk bisa menyaring atau memilah informasi yang positif, dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang muslim akan berpegang teguh kepada nilai tersebut. Komitmen ini yang menjadi modal dasar pengembangan akhlak yang pada hakekatnya merupakan manifestasi dari akidah yang kokoh.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerosulan nabi Muhammad saw yang utama adalah untuk menyempurnakn akhlak yang mulia. Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan jasmani, karena dari jiwa yang baik ini akan lahir perbuatan yang baik pula sehingga menghasilkan kebaikan dan kebahagian pada diri sendiri dan orang lain.
Pembinaan akhlak dalam islam terintegrasi dengan pelaksanaan rukun islam, dari hasil analisis muhammad al-ghozali, pada hakekatnya pembinaan akhlak seorang muslim sudah mencakup beberapa aspek kehidupan denagn mengamalkan rukun islam dengan sungguh- sungguh, pertama adalah mengucapkan dua kalimah syahadah, yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah, dan bersakai bahwa nabi Muhammad itu utusan Allah. Yang ke dua adalah mengerjakan shalat lima waktu, salat yang dikerjakan akan membawa pelakunya akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Yang ketiga yaitu zakat juga mangandung didikan akhlak yaitu agar orang yang malaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain. Yang keempat mengerjakan ibadah puasa di mana amalan ini tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tapi lebih dari itu latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. Kemudian rukun iman yang kelima adalah ibadah haji, dalam ibadah haji ini mengandung pembinaan akhlak yang lebih besar di banding pembinaan akhlak rukun islam yang lainnya karena dalam ibadah ini bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak yang harus menguasai ilmunya sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya, dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lain-lain.
Cara lain yang dapat di tempuh da;lam pembinaan akhlak adalah dengan pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Imam Al Ghazali menganjurkan agar akhlak di ajarkan dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia, kemudian tahapan tertentu dalam pembinaan akhlak khususnya akhlak lahiriah dapat dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak terasa lagi dipaksa. Pembinaan akhlak dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjaan ini dan jangan kerjakan itu, melainkan dengan cara menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pembinana akhlak dapat juga ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannyamaka hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinyaserta membatasi sejauh mengkin untuk tidak berbuat kesalahan sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Pembinaan akhlak yang efektif dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan di bina, sebagai contoh pada usia kanak-kanak lebih menyukai hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan

Metode Pembinaan Akhlak dalam Perspektif Islam.
Minimal ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam ; metode yang diambil dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :
1. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
3. Metode Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang  “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.



4. Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan  yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.
5. Metode Amtsal (perumpamaan)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.

Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6. Metode Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah ; hukuman. Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan nyaman.
Akhirnya, supaya pekat tidak semakin parah, selanjutnya akhlak generasi muda akan semakin baik, dan akhlak mulia dapat pula terwujud, seyogianyalah orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal mengaplikasikan metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Semoga Allah SWT memberkahinya…. Amin !


                                      Kesimpulan

Jadi, kami menyimpulkan bahwa ada 6 metode dalam pembinaan akhlak diantaranya: Metode Uswah (teladan), Metode Ta’widiyah (Pembiasaan), Metode Mau’izah (Perumpamaan), Metode Qishshah (Ceritera), Metode Amtsal (Perumpamaan), Metode Tsawab (Ganjaran).
Akhirnya, supaya tidak semakin parah, selanjutnya akhlak generasi muda akan semakin baik, dan akhlak mulia dapat pula terwujud, seyogianyalah orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal mengaplikasikan metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan rumah tangga. Semoga Allah SWT memberkahinya…. Amin !


                                                 Daftar Pustaka
·         Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2003
·         Wikipedia Indonesia, Diakses pada tanggal 8 Oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar