Cari Blog Ini

Jumat, 29 April 2011

Akal dan Wahyu

AKAL DAN WAHYU


Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan, memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua soal tersebut.  Akal digunakan manusia untuk berfikir agar sampai pada Tuhan dan wahyu sebagai pengkhabaran  dari alam metafisika  turun untuk manusia dari Tuhan sebagai keterangan Tuhan dan kewajiban manusia terhadap Tuhan. Akal dan wahyu dihubungkan menjadi dengan dua masalah pokok yang masing-masing bercabang dua yaitu mengetahui Tuhan dan soal baik dan jahat.  Masalah Tuhan dibagi menjadi mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan (husul ma’rifah dan wujud ma’rifah Allah).  Soal baik dan jahat mengetahui perbuatan baik dan buruk dan kewajiban mengetahui melaksanakan perbuatan baik dan mejauhi yang jahat.
Muktazilah
Memperoleh pengetahuan dengan menggunakan akal,dan kewajiban diketahui dengan pemikiran yang mendalam. Berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu, mengerjakan baik dan menjauhi jahat adalah  wajib, baik dan jahat diketahui dengan akal.
Asy’ariyah
Mengetahui kewajiban dan baik atau buruk bukan akal tetapi wahyu.  Akal dapat mengetahui Tuhan tapi tidak dapat menjadikan suatu kewajiban, sebaliknya wahyu tidak dapat mewujudkan pengetahuan tetapi dapat menjadikan sesuatu kewajiban.  Sebelum turunya wahyu tidak ada kewajiban dan larangan, jika seseorang belum mengetahui Tuhan beserta sifat-sifatnya dan percaya maka ia mukmin tidak berhak mendapat upah, tapi jika masuk surga berarti kemurahan Tuhan.  Jika sebelum  ada wahyu orang tidak tahu Tuhan beserta sifatnya maka ia kafir atau atheis, tidak berhak mendapat hukuman jika masuk neraka bukan suatu hukuman.  Perbuatan yang disebut baik jika sesuai dengan maksud pembuat,buruk jika tidakdengan tujuan atau akhirat dan tidak sesuai wahyu yang menentukan baik.  Obyek pengetahuan dapat diabagi menjadi tiga yaitu dapat diketahui dengan akal seperti wujud Tuhan, dengan wahyu, dengan wahyu dan akal.
Maturidiyah
Seperti Muktazilah akal dapat mengetahui kewajiban manusia berterimakasih kepada Tuhan.  baik dan buruk tergantung dari sifatnya, akal hanya mengetahui baik dan buruk, yang menentukan kewajiban baik atau buruk Tuhan atau wahyu.
Maturidiyah di Samarkand
Matangnya akal yang menentukan kewajiban mengetahui Tuhan bagi anak bukan umur dewasa.
Matridiyah Bukhara                                            
Akal tidak mampu untuk mengetahui sebabnya kewajiban..  Golongan Bukhara akal tidak dapat mengetahui baik dan buruk sehingga cenderung ke Asyariyah.
Persamaan Asy’ariyah dan Maturidiyah Gol Bukhara adalah akal tidak mengetahui kewajiban berterima kasih pada Tuhan.  Akal tidak mujib yaitu yang menentukan kewajiban  manusia yang mujib Tuhan.
Perbedaan
Asy’ariyah
Golongan Bukhara
Akal hanya dapat sampai pengetahuannya adanya Tuhan
Akal tidak hanya samapai pengetahuan adanya Tuhan tetapi sifat terpujinya pengetahuan. Mengetahui sebab wajib sesuatu perbuatan manusia, harus mengetahui sifat terpuji perbuatan itu.

Persamaan Muktazilah dengan golongan Maturidiyah di Samarkand adalah akal tidak hanya pada pengetahuan dan sifat terpuji Tuhan tetapi juga kewajiban mengetahui Tuhan dan akal mujib untuk mengetahui Tuhan dan kewajiban berterimakasih kepadaNya.
Perbedaan
Samarkand
Muktazilah
akal tidak dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban  menjauhi kejahatan.
mujib adalah Tuhan
Akal dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi kejahatan.
Akal mujib dalam mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi kejahatan



FUNGSI WAHYU

Muktazilah
Mengenai sifat Tuhan bahwa Tuhan hidup dan Ia suci dari segala kekurangan, maka Ia mesti mempunyai pendengaran dan pengeliatan yang disebut aliran lain dengan esensi Tuhan tetapi paham ini memakai kata sifat Tuhan.  Mengetahui sifat Tuhan wahyu tidak mempunyai fungsi tetapi wahyu berfungsi untuk menerangkan cara yang tepat menyembah Tuhan.
Mengenai baik dan buruk wahyu berfungsi sebagai :
Ø  menyempurnakan pengetahuan akal tentang baik dan buruk karena tidak semua hal baik atau buruk dapat diketahui akal jadi akal membutuhkan wahyu.
Ø  Menjelasklan mengenai perincian upah dan hukuman yang kelak akan diterima manusia di akhirat.  Karena akal tidak mengetahui upah perbuatan baik lebih besar dari perbuatan baik lainnya dan hukuman bagi perbuatan buruk lebih besar dari hukuman perbuatan buruk lain.  Jadi wahyu memperkuat yang diketahui akal, menerangkan yang belum diketahui akal, penyempurna pengetahuan yang diketahui akal.  Tidak selamanya wahyu menentukan baik dan buruk.
Ø  Untuk menguji manusia , untuk mengetahui siapa yang patuh dan sipa yang melawan Tuhan.
Ø  Mengingatkan manusia akan kelalaian dan memperpendek jalan mengetahui Tuhan.
Dapat disimpulkan fungsi wahyu lebih sebagai konfirmasi dari pada informasi.

Asy’ariyah
Tanpa adanya wahyu dan syariat manusia tidak berkewajiban mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepadanya.  Perbuatan baik dan buruk diketahui melalui perintah dan larangan Tuhan, sehingga wahyu sangat penting.  Salah satu fungsi wahyu adalah memberi tuntunan kepada mausia untuk mengatur hidupnya di dunia.

Maturidiyah
Samarkand hanya untuk mengetahui kewajiban baik dan buruk,
Bukhara wahyu perlu mengetahui kewajiban-kewajiban manusia.
Dapat disimpulkan jika fungsi wahyu bertambah besar berarti bertambah kecil peranan akal begitu juga sebaliknya.  Akal menggambarkan kemerdekaan dan kebebasan manusia sedangkan wahyu kelemahan manusia karena Tuhan menolong manusia untuk memperoleh pengetahuan.


FREE WIIL DAN PREDESTINATION

Muktazilah
Manusia mempunyai daya yang besar lagi bebas menganut paham qadariyah/free will dan disebut kaum Qodariyah.  Term Qodariyah mengandung dua arti :
Ø  Orang-orang yang memandang manusia berkuasa atas dan bebas dalam perbuatan-perbuatannya.=>Qodariyah
Ø  Orang yang memandang nasib manusia ditentukan dari azal atau  ditentukan Tuhan yang menentukan => jabariyah
Kaum Mukzilah berpendapat bahwa kemauan dan daya untuk mewujudkan perbuatan manusia adalah kemauan dan daya manusia sendiri dan Tuhan tidak ikut campur.  Perbuatan manusia adalah perbuatan manusia bukan perbuatan Tuhan.  Contoh argument muktazilah :
Ø  jika manusia atas kebaikan orang lain maka rasa senang atas kebaikan itu akan ditunjukkan kepada manusia bukan kepada Tuhan. 
Ø  Perbuatan manusia terjadi sesuai dengan kehendak manusia.
Ø  Perbuatan Tuhan semua baik sedangkan manusia terdapat perbuatan jahat.
Ø  Perbuatan manusia nantinya akan mendapat balasan dari Tuhan.
Pendapat mukzilah yang mengatakan bahwa manusia adalah Khaliq ditentang al Ghazali karena bertentangan dengan ijma’ atau consensus alim ulama tentang tidak ada pencipta selain Alllah.  Muktazilah dipandang syirk/polytheism dan tidak berhajat lagi pada Tuhan,.

Asya’riyah
Lebih dekat dengan paham jabariyah yang artinya manusia dalam kelemahan bergantung pada Tuhan.  Gambaran hubungan perbuatan manusia dengan kemauan dan kekuasaan mutlak Tuhan memakai kata Al kasb maksudnya kasb atau perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan.  Argumen al Asy’ari “apa yang kamu perbuat dan bukan apa yang kamu buat.  Perbuatan involunter menurut al Asy’ari ada dua unsure yaitu penggerak adalah Tuhan dan bergerak adalah manusia selain itu juga memiliki dua unsure yaitu pembuat adalah Tuhan dan yang memperoleh perbuatan adalah manusia.  Kasb dan perbuatan involunter tidak ada perbedaan, manusia hanya merupakan tempat berlakunya perbuatan-perbuatan Tuhan.  Kedua perbuatan itu merupakan perbuatan paksaan dan perbuatan diluar kekuasaan manusia tetapi al Asy’ari membedakan perbuatan involunter adalah manusia terpaksa melakukan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sedangkan kasb tidak ada paksaan.  Pendapat yang lain bahwa manusia tak bisa menghendaki sesuatu, kecuali jika Allah menghendaki manusia supaya menghendaki sesuatu itu.
Perbuatan manusia terjadi dengan daya Tuhan dan bukan dengan daya manusia sendiri.  Terwujudnya perbuatan perlu 2 daya, manusia dan Tuhan.  Jadi dapat disimpulkan bahwa daya manusia itu tidak selalu bersifat pasif tetapi tidak bersifat efektif menurut Asy’ariyah.

Maturidiah
Perbuatan manusia adalah juga ciptaan Tuhan yang terdiri dari 2 perbuatan yaitu:
Ø  Perbuatan Tuhan =>mengambil bentuk penciptaan daya dalam diri manusia
Ø  Perbuatan manusia =>pemakaian daya
            Daya diciptakan bersama dengan perbuatan, perbuatan manusia adalah perbuatan yang sebenarnya bukan dalam arti kiasan.  Upah dan hukuman diberikan berdasarkan atas pemakaian daya yang diciptakan.Daya adalah diciptakan dalam diri manusia.  Kehendak tentang upah dan hukuman berarti kemauan manusialah yang menentukan pemakaian daya, baik untuk kebaikan atau kejahatan. 

Persamaan Samarkand dan Bukhara
            Samarkand dan Bukhara kemauan manusia adalah kemauan Tuhan, perbuatan manusia wujud atas kehendak Tuhan.  Paham Abu Hanifah kerelaan, perbuatan manusia atas kehendak Tuhan tapi tidak selalu dengan kerelaan hati Tuhan.  Kehendak dan Daya adalah kehendak dan Daya manusia dalam arti sebenarnya bukan dalam arti kiasan.
Bukhara
Wujud perbuatan dibagi 2 yaitu :
Ø  Perbuatan Tuhan => penciptaan perbuatan manusia disebut maf’ul
Ø  Perbuatan manusia=>melakukan perbuatan yang diciptakan disebut fi’l
            Perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan, manusia bebas dalam kemauan dan perbuatannya.  Penegasaannya perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan bukan manusia..  Daya manusia tidak efektif dalam mewujudkan perbuatannya.
Kebebasan manusia atas kehendak dan kuasa perbuatan-perbuatan manusia sendiri menurut paham muktazilah dibatasi dengan hokum alam.  Hukum alam hakekatnya merupakan kehendak dan kuasa Tuhan, yang tak bisa dilawan dan ditentang manusia.


KEKUASAAN DAN KEHENDAK MUTLAK TUHAN

Muktazilah
Kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak lagi bersifat mutlak karena dibatasi :
Ø  Kebebasan manusia dalam menentukan kemauan dan perbuatannya.
Ø  Sifat keadilan Tuhan, Tuhan terikat dengan norma-norma keadilan.
Ø  Kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap manusia
Ø  Hukum alam yang tidak mengalami perubahan.  Tuhan menciptakan benda-benda yang mempuyai nature sendiri-sendiri sedangkan efek dari benda itu bukan perbuatan Tuhan.
            Muktazilah percaya pada hokum alam/sunah Allah yang menganut kosmos dan menganut determinisme.  Segala sesuatu dia alam ini berjalan menurut sunah Allah yang dibuat Tuhan sehingga sebab dan musabab mempunyai hubungan yang erat.

Asy’ariyah
Kekuasan dan kehendak mutlak Tuhan bersifat absolute, tidak tunduk siapa pun.

Maturidiyah
Bukahara
Kekuasaan Tuhan bersifat mutlak
Samarkand
Kekuasaan dan kehendak Tuhan ada batasnya antara lain:
Ø  Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan manusia
Ø  Hukuman Tuhan bukan sewenang-wenang tetapi berdasarkan kemerdekaan manusia menggunakan daya yang diciptakan Tuhan.
Ø  Hukuman Tuhan sebagai kata al Bayadi tak boleh tidak mesti terjadi.
Tuhan itu maha berkuasa, batasan-batasan itu sendiri ada karena ditentukan dan kemauan Tuhan sendiri.


KEADILAN TUHAN

Muktazilah
            Wujud ini diciptakan untuk manusia sebagai makhluk tertinggi dan mempunyai kecenderungan melihat segalanya dari sudut kepentingan manusia.  Tuhan mempunyai tujuan dalam perbuatanNYA.  Keadilan Tuhan artinya memberikan hak seseorang, kata Tuhan Adil bahwa segala perbuatan Nya baik dan tidak melakukan kewajiban terhadapan manusia, berbuat sesuai dengan kepentingan manusia.  Tuhan berkewajiban membuat yang terbaik kepada manusia  dan melaksanakan kewajiban terhadap manusia.
Asy’ariyah
            Tuhan tidak mempunyai tujuan untuk mendorong berbuat sesuatu.  Tuhan berbuat semata-mata karena kuasa dan kehendakNya bukan untuk kepentingan manusia atau tujuan lain.  Asy’ariyah mempunyai tendensi meninjau wujud dari kekuasan dan kehendak  mutlak Tuhan.  Keadilan adalah menempatkn sesuatu pada tempat sebenarnya, ketidakadilan menempatkan sesuatu tidak pada tempat sebenarnya.  Tuhan bersifat absolute, perbuatan Tuhan tidak bertentangan dengan hokum
Maturidiyah Bukhara
Tuhan bersifat bijaksana, perbuatan Tuhan tidak ada tujuan dan tidak ada hikmat.  Alam diciptakn bukan untuk manusia.
Maturidiyah Samarkand
Meninjau wujud dari sudut kepentingan manusia dari kaum Muktazilah karena batasan kekuasaan dan kehendak Tuhan dan penggunaan akal lebih kecil dari Muktazilah
                                                                     

PERBUATAN-PERBUATAN TUHAN

       I.            Kewajiban terhadap manusia
Mukzilah =>Tuhan berkewajiban berbuat baik dan terbaik kepada manusia

Asy’ariyah            Tuhan tidak mempunyai kewajiban terhadap hamba Nya
Bukhara                                                                           

Samarkand=> Adanya kewajiban Tuhan terhadap manusia setidaknya mengenai upah dan hukuman

    II.Berbuat baik dan terbaik
Mukzilah =>Tuhan berkewajiban berbuat baik dan terbaik kepada manusia
Asy’ariyah=> Tuhan tidak mempunyai kewajiban terhadap hamba Nya
Bukhara dan Samarkand tidak sependapat dengan muktazilah.

 III.Beban di luar kemampuan manusia
Muktazilah dan Samarkand tidak setuju bahwa Tuhan  memberi beban kepada manusia beban yang tak dapat dipikul karena bukan Tuhan yang mewujudkan perbuatan manusia.
Asy’ariyah dan Bukhara menerima paham Tuhan memberi beban di luar kemampuan manusia karena perbuatan manusia atas daya Tuhan yang tak terbatas.




 IV.Pengiriman Rasul-rasul
Muktazilah pengiriman rasul bersifat memperkuat dan menyempurnakan yang telah diketahui manusia dengan akalnya.  Hal ini merupakan kewajiban Tuhan bagi mereka karena akal manusia tak dapat menetahui tentang Tuhan dan alam gaib.
Asy’ariyah pengiriman Rosul sangat penting tapi tidak wajib, tetapi atas kehndak dan kuasaan Tuhan.
Bukhara sesuai dengan Asy’ariyah bukan wajib tetapi mungkin sedangkan Samarkand sesuai muktazilah adanya kewajiban  Tuhan terhadapa manusia.

    V.Janji dan Ancaman
Muktazilah mengenai janji dan ancaman sesuai dengan faham keadilan, Tuhan tidak adil jika tidak memberi upah dan hukuman kepada manusia.  Jadi menepati janji dan ancaman wajib bagi Tuhan.
Asy’ariyah Tuhan tidak mempunyai kewajiban menjalankan janji dan ancaman karena faham faham kekuasaan dan kehendak Tuhan dan tidak ada kewajiban Tuhan terhadap manusia
Bukhara menurut paham al Bazdawi kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak benar-benar mutlak, Tuhan tidak mungkin melanggar janjinya memberi upah kepada orang yang berbuat baik jadi Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia.
Samarkand mengenai janji dan ancaman Tuhan, upah dan hukuman Tuhan tak boleh mesti terjadi kelak.


SIFAT-SIFAT TUHAN

1.      Sifat Tuhan pada umumnya
Muktazilah Tuhan tidak mempunyai sifat.  Menurut Abu al Huzail,Tuhan sendiri yaitu zat/essensi Tuhan, menurut al Jubbai, Tuhan mengetahui dengan esensinya sedangkan menurut Abu Hasyim, Tuhan mengetahui melalui essensinya.
Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat karena perbuatan-perbuatannya, menyatakan Tuhan mengetahui, menghendaki, berkuasa, mempunyai pengetahuan, kemauan dan daya.  Asy’ari mengatakan sifat-sifat Tuhan bukan lah Tuhan, tetapi tidak pula lain dari Tuhan.  Karena sifat-sifat tidak lain dari Tuhan, adanya sifat-sifat tidak membawa kepada paham banyak kekal.  Tuhan mempunyai sifat sesuai dengan faham adanya kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
Bukhara berpendapat Tuhan mepunyai sifat.  Sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang terdapat dalam esensi Tuhan dan bukan melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri, Tuhan bersama sifatnya kekal, tetapi sifatnya tidak kekal.
Samarkand, Tuhan mempunyai sifat.sifat bukanlah Tuhan tetapi pula tidak lain dari Tuhan.

2.      Anthropomorphisme
Muktazilah berpendapat bahwa Tuhan bersiat immateri, tidak mempunyai sifat jasmani.  Ayat Al Qur’an yang menyatakan sifat jasmani diartikan dengan kekuasaan Tuhan.
Asy’ariyah, Tuhan tidak mempunyai sifat jasmani seperti manusia.  Tuhan mempunyai mata dan tangan, yang tak dapat diberi gambaran atau definisi karena akal manusia yang lemah.
Bukahara berpendapat sesuai dengan Asy’ariyah sifat bukanlah anggota badan Tuhan.
Samarkand berfaham sama seperti Muktazilah, Tuhan tidak mempunyai badan jasmani seperti manusia.

3.      Melihat Tuhan
Muktazilah berpendapat bahwa Tuhan bersifat immateri, tidak dapat dilihat dengan mata kepala karena Tuhan tidak mengambil tempat.
ASy’ariyah , berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat kelak di akhirat, Tuhan mempunyai sifat tajassum, yang sifat-sifatnya tidak seperti sifat jasmani manusia.  Tuhan berkuasa mutlak dapat berbuat apa saja, sedangkan akal manusia yang lemah tidak dapat memahami perbuatan dan ciptaan Tuhan jadi tidak mustahil manusia akan melihat Tuhan.  Tuhan juga berwujud jadi dapat dilihat.
Kaum Maturidiyah, Bukhara dan Samarkand sepaham dengan Asy’ariyah bahwa Tuhan dapat dilihat karena mempunyai wujud meskipun tidak berbentuk, tidak mengambil tempat dan tidak terbatas.

4.      Sabda Tuhan
Muktazilah mengatakan bahwa sabda bukanlah sifat tetapi perbuatan Tuhan.  Jadi Al Qur’an tidak bersifat kekal tetapi bersifat baharu dan diciptakan berdasarkan susunan ayat dan surat, juga tidak bersifat qadim. 
Asy’ariyah mengatakan bahwa sabda adalah sifat dan sebagai sifat Tuhan pasti kekal.  Sabda Tuhan bukanlah yang tersusun tapi makna abstrak.  Makna abstrak inilah yang bersifat kekal sedangkan kata, ayat dan surat yang dibaca atau ditulis bukan sabda Tuhan.
Maturidiyah
Sependapat dengan Asy’riyah bahwa sabda Tuhan atau Al Qur’an adalah kekal.
                                                    

KONSEP IMAN

Muktazilah berpendapat bahwa iman tidak berarti tasdiq,yaitu menerima apa yang dikatakan atau disampaikan orang benar karena akal dapat sampai mengetahui kewajiban.  Iman adalah “amal yang sebab mengetahui Tuhan dengan melaksanakan perintahNya.  Bagi Muktazilah iman lebih dari tinggi tasdiq.
Asy’ariyah berpendapat bahwa iman itu tasdiq dan batasan iman, al tasdiq bi Allah yaitu menerima sebagai benar kabar tentang adanya Tuhan.  Pengetahuan tidak timbul setelah datangnya kabar yang dibawa wahyu bersangkutan artinya akal tidak sampai pada kewajiban.
Bukhara sepaham dengan Asy’ariyah bahwa iman adalah tasdiq.  Batasan iman oleh Bazdawi adalah menerima dalam hati dan lidah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Samarkand mempunyai paham bahwa iman lebih dari tasdiq karena akal dapat sampai mengetahui kewajiban. 

KESIMPULAN

            Muktazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah sama menggunakan akal dan wahyu dalam masalah teologi.  Hanya tingkat kencederungan memaki wahyu atau akal.  Bagi Muktazilah akal lebih dominan dan Asy’ariyah wahyu lebih dominan.  Dalam interprestasi ayat-ayat Al-Qur’an menimbulkan perbedaan aliran-aliran.  Seperti dalam fikih terdapat beberapa mahzab.
            Teolog yang menggunakan akal akan lebih liberal dalam interprestasi Qur’an dan Hadist sehingga muncul Muktazilah tetapi jika Qur’an dan Hadist dipahami secara letterlek maka timbul Asy’ariyah.  Teologi liberal akan membawa kemajuan dan pembangunan yang lebih lancar dan sering menggunakan logika tetapi tidak beitu dengan Asy’ariyah.  Teolog liberal semakin lama bersifat filosofis sehingga sulit dipahami masyarakat awam, tetapi bagi teolog yang bersifat sederhana pemahamannya lebih mudah diterima dan dimengerti masyarakat.  Hakikatnya semua aliran tidak keluar dari islam, setiap orang bebas memilih diantara aliran tersebut yang sesuai dengan jiwa dan pendapatnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar